Translate Gaul

Senin, 11 November 2013

Alinea

Pengertian Paragraf atau Alinea

Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶).
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.
Kerangka paragraf
•    Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
•    Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
•    Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
Macam-macam paragraf
Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya
Berdasarkan jenisnya

•    Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

•    Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan. Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.

•    Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi. Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.

•    Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

•    Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
Berdasarkan letak kalimat utamanya

•    Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.

•    Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.

♦ Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
1.    Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
2.    Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
3.    Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
4.    Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi

Jenis Jenis Paragraf Generalisasi
1.Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
2.Tanpa Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.

♦ Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

♦ Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.

•    Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.

•    Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.

•    Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.

•    Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

•    Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

Sumber : http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paragraf&veaction=edit&section=6

Kalimat Turunan

•      Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)

1.    Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
2.    Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3.    Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4.    Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
5.    Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
6.    1. Kata Turunan kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik berupa awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata. Kata turunan termasuk salah satu unsur pembentuk kalimat selain kata dasar dalam setiap penulisan artikel. Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut. Jenis imbuhan Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi: Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran. 1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se- 2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya 3. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran. 4. ber-an dan ber-i 5. di-kan dan di-i 6. diper-kan dan diper-i 7. ke-an dan ke-i 8. me-kan dan me-i 9. memper-kan dan memper-i 7. pe-an dan pe-i 8. per-an dan per-i 9. se-nya 10. ter-kan dan ter-i 11. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing). 12. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita. 13. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-. Awalan me- Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut: 1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan. 2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi. 3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*. 4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias. 5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom,
7.    2. me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik. 6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*. Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus: 1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira. 2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi. 3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi. Aturan khusus Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu: 1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan) 2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l) 3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m) 4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)

•    Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya

Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk atau kalimat turunan.
1.    Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal maka dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu P(predikat) di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P adalah penanda klausa. S dan p selalu wajib dalam setiap kalimat.
Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Contoh :
1.    Kami mahasiswa Indonesia.
2.    Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
3.    Mobil orang kaya itu ada delapan.
Kalimat tunggal dapt dilengkapi atau diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Jadi kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek.
1.    Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa.
Perhatikan contoh diberikut ini.
v  Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
S                        P1                           O1
harus menjunjung tinggi etika profesi .
            P2                               O2
v  Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus ketika
S1               P1               O1                     Ket
para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur .
S2                                    P2            O2
Contoh yang pertama disebut kalimat majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang setara/sejajar. Penanda yang memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara antara lain konjungsi dan. Contoh yang kedua disebut kalimat majemuk bertingkat karena klausa yang kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Penanda yang memisahkannya adalah konjungtor ketika.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara mempunyai ciri :
•    Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
•    Kedudukan tiap kalimat sederajat
Penghubung  Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Jenis Hubungan    Fungsi    Kata Penghubung
penjumlahan    menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses    dan, serta, baik, maupun
pertentangan    menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua    tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan
Pemilihan    menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan    Atau
Perurutan    menyatakan kejadian yang berurutan    lalu, kemudian
Contoh kalimat majemuk setara :
1.    Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
2.    Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
3.    Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.
4.    Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Konstruksi kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis
Hubungan    Kata Penghubung
a. waktu    sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
b. syarat    jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala
c. tujuan    agar, supaya, untuk, biar

d. konsesif    walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)

e. pembandingan    seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat
f. sebab/alasan    sebab, karena
g. akibat/hasil    sehingga, sampai-sampai, maka
h. cara/alat    dengan, tanpa
i. kemiripan    seolah-olah, seakan-akan
j. kenyataan    Padahal, nyatanya
k. penjelasan/ kelengkapan    bahwa
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
1.    Dia datang ketika kami sedang rapat.
2.    Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi.
3.    Anda harus bekerja keras agar berhasil.
4.    Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
5.    Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.

Sumber : - http://www.slideshare.net/septianraha/kata-turunan
-    http://meirianie.wordpress.com/2011/05/11/kalimat-efektif-dan-kalimat-turunan/